Pendidikan, Pola Pikir, dan Kolonialisme

Pendidikan, Pola Pikir, dan Kolonialisme – Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting bagi masyarakat untuk menjamin kelangsungan hidup dalam bermasyarakat. Bisa dibayangkan jika masyarakat hidup tanpa pendidikan, lalu bagaimana anggapan masyarakat mengenai pendidikan?

Mengulas pemikiran masyarakat di zaman modern ini, tidak sedikit pula masyarakat yang masih memiliki pola pikir primitif, salah satunya mengenai pendidikan Perguruan Tinggi. Tidak sedikit pemuda yang tidak berkeinginan melanjutkan ke Perguruan Tinggi dengan berbagai alasan, salah satunya adalah kelas sosial wisataedukasiindonesia.com dalam masyarakat.

Jika dihubungkan dengan kolonialisme Belanda, pada saat itu tidak semua pribumi dapat menempuh pendidikan, karena pada saat itu yang diizinkan bersekolah hanya pribumi yang berasal dari kelas sosial atas. Hal ini terjadi karena peraturan yang pernah dibuat oleh pemerintahan Belanda, dimana hak-hak untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi hanya diberikan kepada anak anak bangsawan karena mereka dianggap sejajar dengan Belanda saat itu. Pada masa kolonialisme Belanda, masyarakat meyakini bahwa tugas perempuan hanyalah memasak dan melahirkan, dengan begitu perempuan tidak memerlukan pendidikan yang tinggi seperti laki-laki.

Dampak kolonialisme tersebut masih terus membekas dalam lingkungan masyarakat hingga saat ini, di mana orang tua yang memiliki anak perempuan, mereka masih saja berasumsi bahwa anak perempuan mau setinggi apapun pendidikannya, tetaplah di dapur pada akhirnya. Hal-hal ini tentu akan akan mematikan semangat pemuda untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Pada dasarnya, lingkungan memiliki pengaruh kuat terhadap seseorang dalam berpikir serta mengambil tindakan.

Jika dilihat dari segi pendidikan, masyarakat lingkungan sekitar kita misalnya, sudah tidak sedikit lagi di zaman ini masyarakat mampu melanjutkan pendidikan hingga Perguruan Tinggi. Namun kembali lagi, sulitnya menyadarkan pola pikir masyarakat pribumi akan pentingnya pendidikan di era modern saat ini. Sebab, seiring berjalannya zaman, semakin canggihnya teknologi, pola pikir primitif masyarakat tidak sedikit juga yang masih terlihat dan membudaya, sehingga masih sulit untuk dihilangkan dari kepala generasi baru.

Jika dilihat dari strukturnya, memang pemikiran masyarakat pribumi saat ini merupakan pengaruh yang masih terlihat jelas dari orang terdahulu. Namun, yang perlu kita ingat, saat ini kita sudah hidup di zaman modern, sehingga peraturan, budaya, hingga ketetapan yang ada pada saat itu tentu sudah berkembang maju seiring mengikuti perkembangan zaman.

Baca juga: Selamat Tinggal Pendidikan Gratis di Norwegia

Memang bisa dikatakan pada masa kolonialisme Belanda, di Indonesia khususnya, hanya laki-laki keturunan bangsawan saja yang diperbolehkan untuk keluar rumah menuntut ilmu. Peraturan ini dibuat oleh Belanda dengan harapan setelah anak-anak bangsawan lulus dan bekerja, mereka dengan mudah dipekerjakan oleh Belanda sebagai ambetenaar di zamannya. Yang dimaksudkan adalah untuk menyediakan tenaga ahli yang murah untuk mengerjakan administrasi kolonial. Kebutuhan tenaga terdidik dimaksudkan untuk mengantisipasi meluasnya wilayah kekuasaan Belanda.

Namun jika dirasakan berdasarkan situasi dan kondisi saat ini, sudah sangat berbeda, masyarakat pribumi tidak lagi bergantung dan berada di tangan Belanda, termasuk untuk mengenyam pendidikan. Jika dilihat dari nilai manfaat serta fungsi, pendidikan merupakan sebuah benteng diri dari lika-liku kehidupan jiwa manusia maupun dari persaingan menghadapi globalisasi kelas dunia. Untuk diri sendiri, pendidikan berfungsi sebagai arahan masa depan seseorang, tameng yang berfungsi untuk menolak segala hal yang masuk ke dalam kelompok pribumi, membina kedewasaan dengan memperluas wawasan melalui pendidikan, serta dengan pendidikan ini dapat mengubah pola pikir manusia. Sehingga bisa dikatakan sudah sewajarnya masyarakat pribumi memiliki kesadaran dalam dirinya untuk menuntut pendidikan yang lebih tinggi. Seperti halnya mencari jati diri masing-masing.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *